Beberapa kali diskusi dengan teman-teman kantor atau saudara-saudara saya pembicaraan mencari pasangan hidup sering muncul terutama pada mereka yang sudah mau mencapai umur 30 tahun. Lucunya angka 30 seperti angka sakti dimana ini adalah deadline untuk hayoooo cari pasangan hidup cepat!!!
Biasanya diskusi sekitar kurang yakin mengenai pasangan hidupnya apakah he/she is the one?
Sedikit sharing dengan mereka apa yang mereka lalui adalah normal dan hampir semua orang mengalami hal yang sama, tentunya ada yang seperti di film-film hollywood yang perasaan begitu kuatnya sampe berteriak ya ini dia PASTI!!!!, terus langit terbuka dan burung-burung berkicau dan bel berbunyi. Ada juga yang datangnya perlahan-lahan kalau orang Jawa bilang cinta datang karena telah terbiasa atau itu kata-kata dari lagunya Dewa ya, ya kurang lebih begitu deh.
Dan lucunya yang sering saya ketemui adalah kejadian dimana Sang Cowo atau Cewe mempunyai pasangan yang cocok banget menurut spesifikasi mereka seperti :
1. Punya duit , usaha , jabatan tinggi (ya kata orang nggak makan batu nantinya)
2. Punya laras cantik atau tampan (ya kata orang jangan malu-maluin kalau dibawa ke undangan)
3. Punya tubuh yang semampai (minimal kalau beli tiket di bioskop nggak perlu jinjit)
4. Punya tempat tinggal sendiri (biasalah hari gini hujan lebat kasihan kalau mesti tinggal di luar atau ribut-ribut sama mertua)
5. Pendidikan tinggi (ya minimal kali-kalian udah bisa deh jangan cuman tambah-tambahan doang biar kalau dikasih duit bisa ngitung, atau bisa diajak bicara intelektual sedikit)
6. Jauh dari narkoba (ngeri kan kalau harus jenguk pasangan di lembaga pemasyarakatan)
Tetapi perasaan itu tidak pernah datang perjalanan cinta bagaikan jalan lurus tak berkelok dan tak berbukit, sepertinya semuanya mudah tertebak.
"A road with no hills and valleys is probably not worth travelling"
Lalu mengapa hal seperti ini terjadi dimana Pikiran (Think) dan Perasaan (Feeling) tidak bertemu, tidak sinkron (jaman sekarang BB sama email outlook ajah udah auto-sync). Apakah Think kita sudah terlalu banyak mendapatkan input dari orang lain (perhatikan spesifikasi di atas banyak kata-kata orang) apakah hal tersebut adalah kata-kata kita sendiri? Mengapa perasaan yang merupakan alarm dari sesuatu ada yang kurang pas (something wrong?) diabaikan. Bagaikan mobil dengan lampu indikator bensin sudah menyala tapi tidak berani berhenti mengisi di pom bensin karena ketidakpastian apakah ada pom bensin di depan sana...
Apakah karena pasangan kita itu "baik" membuat kita tidak berani mengambil keputusan ketika perasaan tidak sejalan lagi?
Saya jadi teringat kata-kata ini "Bumi itu bulat, tetapi yang bulat-bulat itu bukan bumi".
Kalau di konteks mengenai pasangan "Kita mencari pasangan baik, tetapi bukan berarti semua pasangan yang baik untuk kita"
Memang sulit mengalami situasi ini kalau saya bilang situasi "Dibuang sayang".
Lalu apakah indikator yang bisa kita pakai untuk ini?
Yang paling mudah adalah coba mengingat diri anda sebelum berpacaran dengan pasangan anda, tuliskan spesifikasi yang kamu inginkan bukan ke pasangan anda tetapi gunakanlah pada anda dulu -(Ngaca dulu deh). Karena ukuran yang kita gunakan akan digunakan untuk mengukur kita juga.
Misalkan sebelum pacaran berikan score (1-10) pada diri anda , 10 yang terbaik
secara emosional anda gampang marah, score 2
secara karir, jabatan tidak naik-naik score 2
secara relationship , selalu merasa kesepian score 3
secara fisik , mudah sakit-sakitan score 3
Tambahkan hal-hal yang penting menurut anda.
Setelah pacaran berikan secore (1-10) sama seperti di atas
secara emosional lebih mudah mengontrol emosi score 6
secara karir, naik jabatan score 8
secara relationship , merasa diri dibutuhkan score 7
secara fisik, bisa lari 5km score 6
dll
Ketika anda melihat delta dari sebelum dan sesudah pacaran saya berharap ini bisa membantu anda mengambil decision dan membuat sinkron hati dan pikiran (Think and Feeling) setelah itu tentunya dijadikan tindakan (Action).
Jangan mau menerima pasangan baik saja, carilah pasangan baik untuk anda.
Pasangan yang mampu membuat anda menjadi pasangan yang lebih baik.
Semoga membantu.
Biasanya diskusi sekitar kurang yakin mengenai pasangan hidupnya apakah he/she is the one?
Sedikit sharing dengan mereka apa yang mereka lalui adalah normal dan hampir semua orang mengalami hal yang sama, tentunya ada yang seperti di film-film hollywood yang perasaan begitu kuatnya sampe berteriak ya ini dia PASTI!!!!, terus langit terbuka dan burung-burung berkicau dan bel berbunyi. Ada juga yang datangnya perlahan-lahan kalau orang Jawa bilang cinta datang karena telah terbiasa atau itu kata-kata dari lagunya Dewa ya, ya kurang lebih begitu deh.
Dan lucunya yang sering saya ketemui adalah kejadian dimana Sang Cowo atau Cewe mempunyai pasangan yang cocok banget menurut spesifikasi mereka seperti :
1. Punya duit , usaha , jabatan tinggi (ya kata orang nggak makan batu nantinya)
2. Punya laras cantik atau tampan (ya kata orang jangan malu-maluin kalau dibawa ke undangan)
3. Punya tubuh yang semampai (minimal kalau beli tiket di bioskop nggak perlu jinjit)
4. Punya tempat tinggal sendiri (biasalah hari gini hujan lebat kasihan kalau mesti tinggal di luar atau ribut-ribut sama mertua)
5. Pendidikan tinggi (ya minimal kali-kalian udah bisa deh jangan cuman tambah-tambahan doang biar kalau dikasih duit bisa ngitung, atau bisa diajak bicara intelektual sedikit)
6. Jauh dari narkoba (ngeri kan kalau harus jenguk pasangan di lembaga pemasyarakatan)
Tetapi perasaan itu tidak pernah datang perjalanan cinta bagaikan jalan lurus tak berkelok dan tak berbukit, sepertinya semuanya mudah tertebak.
"A road with no hills and valleys is probably not worth travelling"
Lalu mengapa hal seperti ini terjadi dimana Pikiran (Think) dan Perasaan (Feeling) tidak bertemu, tidak sinkron (jaman sekarang BB sama email outlook ajah udah auto-sync). Apakah Think kita sudah terlalu banyak mendapatkan input dari orang lain (perhatikan spesifikasi di atas banyak kata-kata orang) apakah hal tersebut adalah kata-kata kita sendiri? Mengapa perasaan yang merupakan alarm dari sesuatu ada yang kurang pas (something wrong?) diabaikan. Bagaikan mobil dengan lampu indikator bensin sudah menyala tapi tidak berani berhenti mengisi di pom bensin karena ketidakpastian apakah ada pom bensin di depan sana...
Apakah karena pasangan kita itu "baik" membuat kita tidak berani mengambil keputusan ketika perasaan tidak sejalan lagi?
Saya jadi teringat kata-kata ini "Bumi itu bulat, tetapi yang bulat-bulat itu bukan bumi".
Kalau di konteks mengenai pasangan "Kita mencari pasangan baik, tetapi bukan berarti semua pasangan yang baik untuk kita"
Memang sulit mengalami situasi ini kalau saya bilang situasi "Dibuang sayang".
Lalu apakah indikator yang bisa kita pakai untuk ini?
Yang paling mudah adalah coba mengingat diri anda sebelum berpacaran dengan pasangan anda, tuliskan spesifikasi yang kamu inginkan bukan ke pasangan anda tetapi gunakanlah pada anda dulu -(Ngaca dulu deh). Karena ukuran yang kita gunakan akan digunakan untuk mengukur kita juga.
Misalkan sebelum pacaran berikan score (1-10) pada diri anda , 10 yang terbaik
secara emosional anda gampang marah, score 2
secara karir, jabatan tidak naik-naik score 2
secara relationship , selalu merasa kesepian score 3
secara fisik , mudah sakit-sakitan score 3
Tambahkan hal-hal yang penting menurut anda.
Setelah pacaran berikan secore (1-10) sama seperti di atas
secara emosional lebih mudah mengontrol emosi score 6
secara karir, naik jabatan score 8
secara relationship , merasa diri dibutuhkan score 7
secara fisik, bisa lari 5km score 6
dll
Ketika anda melihat delta dari sebelum dan sesudah pacaran saya berharap ini bisa membantu anda mengambil decision dan membuat sinkron hati dan pikiran (Think and Feeling) setelah itu tentunya dijadikan tindakan (Action).
Jangan mau menerima pasangan baik saja, carilah pasangan baik untuk anda.
Pasangan yang mampu membuat anda menjadi pasangan yang lebih baik.
Semoga membantu.
No comments:
Post a Comment
Blog ini akan menjadi lebih baik berkat comment anda