Setiap orang tua menginginkan anaknya menjadi lebih makmur lebih sejahtera dari mereka.
Banyak sekali saudara-saudaraku kini tidak dapat membuat kue sehebat orang tuanya, padahal dahulu orang-orang tua mereka adalah penjual kue terkenal di kampung halaman kita. Ketika ditanyakan kenapa ilmu rahasia tersebut hilang kebanyakan jawabannya karena semuanya dikerjakan sendiri dan dirahasiakan untuk mencegah saingan, namun ada juga yang tidak menginginkan anak-anaknya bekerja keras membuat kue siang malam seperti mereka dan mengharapkan anak-anaknya kuliah dan menjadi orang kantoran.
Setelah 20 tahun berlalu anak-anak ini pun mulai bekerja di kantor dan mulai berandai-andai, seandainya waktu itu aku belajar cara membuat kue yang ibuku buat mungkin sekarang saya bisa membuka bisnis saya sendiri menjadi wirausahawan. Bagaimana dengan kerja keras siang malam menggunakan otot membuat adonan? Well, sekarang ini banyak sekali mesin pengadon, pengaduk, pencampur, oven dan berbagai macam alat-alat pembuat kue otomatis yang 20 tahun lalu dilakukan dengan keringat dan air mata (jika encok dan kesakitan).
Apakah kita menggunakan pengetahuan dan kemampuan saat ini dalam memilah-milah warisan ilmu kepada anak-cucu kita ataukah kita memberikan segala "legacy" yang bisa kita berikan dan membiarkan mereka berkembang dan mencari cara untuk memperbaiki ilmu rahasia turun temurun itu. Sungguh sayang begitu banyak pengetahuan dan tradisi yang hilang karena tidak pernah didokumentasikan, kini dengan teknologi yang ada kita mampu merekam segala sesuatunya dengan kamera, handycam, catatan, softcopy dsbnya.
Sudahkah anda memberikan warisan anda kepada generasi berikutnya?
Uang bisa hilang dan bisa dicari, Ilmu bisa hilang dan mungkin tidak kembali untuk waktu yang cukup lama. Jika gajah meninggalkan gading, biarlah kita meninggalkan bekal ilmu untuk anak-cucu kita. Sebuah legacy dimulai dari langkah kecil kita. Melangkahlah dan tuliskanlah jejak kakimu agar suatu saat nanti jejak tersebut akan berubah menjadi kasut dan berkembang menjadi tapak sepatu dan suatu saat menjadi tak berjejak lagi dimana manusia sudah mampu melayang (ya bukan hal yang perlu kita pikirkan sekarang).
Yang terpenting membagikan ilmu yang telah kita kenyam puluhan jam hidup kita.
Terkadang ilmu tidak turun langsung ke anak kita (skip generation) tapi yakinlah untuk selalu mendokumentasikannya karena cucu kita mungkin akan membutuhkannya.
Banyak sekali saudara-saudaraku kini tidak dapat membuat kue sehebat orang tuanya, padahal dahulu orang-orang tua mereka adalah penjual kue terkenal di kampung halaman kita. Ketika ditanyakan kenapa ilmu rahasia tersebut hilang kebanyakan jawabannya karena semuanya dikerjakan sendiri dan dirahasiakan untuk mencegah saingan, namun ada juga yang tidak menginginkan anak-anaknya bekerja keras membuat kue siang malam seperti mereka dan mengharapkan anak-anaknya kuliah dan menjadi orang kantoran.
Setelah 20 tahun berlalu anak-anak ini pun mulai bekerja di kantor dan mulai berandai-andai, seandainya waktu itu aku belajar cara membuat kue yang ibuku buat mungkin sekarang saya bisa membuka bisnis saya sendiri menjadi wirausahawan. Bagaimana dengan kerja keras siang malam menggunakan otot membuat adonan? Well, sekarang ini banyak sekali mesin pengadon, pengaduk, pencampur, oven dan berbagai macam alat-alat pembuat kue otomatis yang 20 tahun lalu dilakukan dengan keringat dan air mata (jika encok dan kesakitan).
Apakah kita menggunakan pengetahuan dan kemampuan saat ini dalam memilah-milah warisan ilmu kepada anak-cucu kita ataukah kita memberikan segala "legacy" yang bisa kita berikan dan membiarkan mereka berkembang dan mencari cara untuk memperbaiki ilmu rahasia turun temurun itu. Sungguh sayang begitu banyak pengetahuan dan tradisi yang hilang karena tidak pernah didokumentasikan, kini dengan teknologi yang ada kita mampu merekam segala sesuatunya dengan kamera, handycam, catatan, softcopy dsbnya.
Sudahkah anda memberikan warisan anda kepada generasi berikutnya?
Uang bisa hilang dan bisa dicari, Ilmu bisa hilang dan mungkin tidak kembali untuk waktu yang cukup lama. Jika gajah meninggalkan gading, biarlah kita meninggalkan bekal ilmu untuk anak-cucu kita. Sebuah legacy dimulai dari langkah kecil kita. Melangkahlah dan tuliskanlah jejak kakimu agar suatu saat nanti jejak tersebut akan berubah menjadi kasut dan berkembang menjadi tapak sepatu dan suatu saat menjadi tak berjejak lagi dimana manusia sudah mampu melayang (ya bukan hal yang perlu kita pikirkan sekarang).
Yang terpenting membagikan ilmu yang telah kita kenyam puluhan jam hidup kita.
Terkadang ilmu tidak turun langsung ke anak kita (skip generation) tapi yakinlah untuk selalu mendokumentasikannya karena cucu kita mungkin akan membutuhkannya.