Pernahkah anda menghentikan sebuah jasa pelayanan atau sebuah produk bukan karena produk atau pelayanan secara overall tetapi karena satu kejadian dimana seseorang telah memperlakukan anda dengan sangat tidak penting?
Kakak Iparku suka makan iga di dekat rumahku, produk iga menurutku adalah salah satu yang terbaik di jakarta, namun karena satu kejadian dimana kami sekeluarga bersama kakak iparku harus menunggu di luar dan tidak diberikan bangku atau alternatif untuk duduk sementara. Kakakku berjanji tidak pernah masuk ke restoran itu lagi.
Pernahkah anda mengalami hal tersebut dimana karena seorang pelayan, seorang customer service, seorang bell boy, seorang pegawai hotel anda "berjanji" seumur-umur tidak akan pernah datang ke tempat itu atau menelpon perusahaan itu lagi?
Jika dibalikkan dari perspektif seorang pemberi jasa atau supplier produk ini mengingatkan kita bahwa setiap interaksi kita, kita membawa nama perusahaan kita membawa merk/brand dari perusahaan kita. Jangan pernah menganggap diri tidak penting atau lebih parah lagi mengganggap customer tidak penting.
Sebagai customer tidak ada perasaan yang lebih parah dari perasaan tidak penting. Jika faktor manusia/ human emotion tidak diperhatikan perusahaan tidak hanya mengalami kehilangan produk bahkan bisa mengalami claim yang sebetulnya bisa diselesaikan jika kita memberikan respect terhadap customer kita.
Di dalam organisasi perlulah kita memperhatikan gerak gerik kita sebagai pemimpin atau mitra kerja. Jika kita memperlakukan mitra kerja kita dengan baik, kebaikan pun akan menyebar ke customer demikian sebaliknya. Jika sikap salah menyalahkan terdapat di dalam kultur perusahaan tidaklah aneh jika customer pun disalahkan pada akhirnya.
Mulailah dari diri sendiri, treat ourselves with respect , treat others/our colleagues and the last and the important one treat our customer with respect.
Listen to their emotion needs and be attentive.
Kakak Iparku suka makan iga di dekat rumahku, produk iga menurutku adalah salah satu yang terbaik di jakarta, namun karena satu kejadian dimana kami sekeluarga bersama kakak iparku harus menunggu di luar dan tidak diberikan bangku atau alternatif untuk duduk sementara. Kakakku berjanji tidak pernah masuk ke restoran itu lagi.
Pernahkah anda mengalami hal tersebut dimana karena seorang pelayan, seorang customer service, seorang bell boy, seorang pegawai hotel anda "berjanji" seumur-umur tidak akan pernah datang ke tempat itu atau menelpon perusahaan itu lagi?
Jika dibalikkan dari perspektif seorang pemberi jasa atau supplier produk ini mengingatkan kita bahwa setiap interaksi kita, kita membawa nama perusahaan kita membawa merk/brand dari perusahaan kita. Jangan pernah menganggap diri tidak penting atau lebih parah lagi mengganggap customer tidak penting.
Sebagai customer tidak ada perasaan yang lebih parah dari perasaan tidak penting. Jika faktor manusia/ human emotion tidak diperhatikan perusahaan tidak hanya mengalami kehilangan produk bahkan bisa mengalami claim yang sebetulnya bisa diselesaikan jika kita memberikan respect terhadap customer kita.
Di dalam organisasi perlulah kita memperhatikan gerak gerik kita sebagai pemimpin atau mitra kerja. Jika kita memperlakukan mitra kerja kita dengan baik, kebaikan pun akan menyebar ke customer demikian sebaliknya. Jika sikap salah menyalahkan terdapat di dalam kultur perusahaan tidaklah aneh jika customer pun disalahkan pada akhirnya.
Mulailah dari diri sendiri, treat ourselves with respect , treat others/our colleagues and the last and the important one treat our customer with respect.
Listen to their emotion needs and be attentive.