Sebuah percobaan dilakukan di sekolah dimana murid-murid
dibagi menjadi dua grup besar , group A dan group B. Pada saat pembagian murid dilakukan secara
acak tetapi pada para guru diberitahukan bahwa grup A merupakan anak-anak pintar
dan grup B sisanya. Dalam kurun waktu
tertentu mulai tampak terjadi perbedaan antara grup A dan grup B dimana grup A
secara akademis jauh lebih baik dibandingkan grup B. Apa yang terjadi? Inilah yang disebut Self-fulfilling Prophecy
(ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya) dimana ketika para guru
diberitahukan grup A lebih pintar dari grup B mereka memberikan usaha ekstra
jika apa yang diterangkan tidak dimengerti oleh grup A. Para guru juga berusaha
untuk memutar otak lebih keras jika pelajaran tidak begitu dimengerti oleh grup
A, dan berusaha membuat pelajaran menjadi lebih menarik, akibatnya grup A
semakin lama semakin pintar dibandingkan grup B padahal kedua grup ini dimulai
dari kumpulan murid-murid yang sama pintarnya.
Di dalam kehidupan kita apakah kita sering melakukan hal
yang sama?
Apakah kita melihat orang lain seperti layaknya kita melihat
grup A mereka tidak mengerti karena kita tidak menerangkan dengan benar dan
kita berusaha keras memutar otak bagaimana agar saya bisa menjelaskan dengan
sesederhana mungkin.
Atau
Kita memperlakukan orang lain seperti layaknya grup B dimana
kita menyalahkan orang lain ketika kita tidak mampu menerangkan suatu keadaan,
masalah, atau tantangan?
Sebagai seorang leader apakah kita melihat kita mendapatkan pembagian
grup yang terdiri dari orang-orang grup A (melihat mereka sambil bersyukur dan
berterima kasih) ataukah kita sibuk me-micromanage pekerjaan bawahan kita
karena kita melihat mereka adalah kumpulan orang-orang grup B yang pasti bikin
salah (melihat mereka sambil ngedumel)?
Ingatlah apapun grup yang anda pilih kemungkinan besar anda
akan mendapatkan apa yang telah anda ramalkan , jadi mengapa tidak meramalkan
yang terbaik saja?
No comments:
Post a Comment
Blog ini akan menjadi lebih baik berkat comment anda