Tuesday, August 27, 2013

Mindful Leader

Dalam kehidupan kita selalu ada saatnya ketika kita memimpin atau dipimpin.

Pertanyaan klasik adalah bagaimana caranya agar saya bisa menjadi pemimpin yang lebih baik?  Salah satu karakter penting menjadi leader adalah Mindfulness apakah yang dimaksud Mindfulness disini.
Mindfulness adalah keadaan dimana kita berada disini sekarang dan merasakan dari panca indera kita langsung. Di dalam artikel saya sebelumnya mengenai anak yang menanti di komedi putar, diterangkan ada dua kondisi disitu yang disebut narrative circuitry dan direct circuitry - How to Feel Good.

Mindfulness menggunakan direct circuitry,  Salah satu kebutuhan sebagai anak buah adalah memiliki pemimpin yang bisa mendengarkan.  Bagaimana caranya agar bisa mendengarkan adalah dengan berada di saat itu dan berbicara dengan orang tersebut.  Tentunya anda pernah mendapatkan pemimpin yang sepertinya tidak ada disini sibuk memikirkan apa yang harus dia lakukan berikutnya , baik itu menelpon seseorang membuat laporan atau harus lari ke rapat berikutnya.  Tidak enak bukan memiliki bos yang seperti itu.

Tetapi tidaklah bisa dipungkiri ketika kita memimpin dan banyak tugas masuk bersamaan feeling under pressure dan semuanya urgent, otak mulai bergerak ke narrative circuitry, sibuk melakukan planning, decision making dan sebagainya yang tanpa kita sadari mengurangi kemampuan listening kita dan bahkan yang lebih parah membuat kita menjadi mengambil keputusan terlalu cepat yang sebetulnya bukan itu yang diterangkan oleh anak buah kita atau buru-buru menyelesaikan pembicaraan dengan anak buah kita.

Jadi untuk pelajaran menjadi mindful leader untuk kali ini cukup sederhana.
1. Be here, sama seperti ketika kita kalau makan sambil main BB atau nonton TV rasa makanan pun hilang (mindless), dan yang diajarkan David Rock adalah mengambil napas 3 kali sebelum makan dan makanan pun menjadi nikmat.  Anda bisa mengambil napas 3 kali sebelum rapat atau sebelum coaching session dengan anak buah anda.
2. Off distraction, ketika anda sedang berdiskusi dengan anak buah anda matikan laptop anda dan blackberry anda, sisihkan waktu, lebih baik memiliki waktu 20 menit tanpa interupsi daripada 1 jam dengan interupsi lebih dari 5 kali.  Anak buah kita juga tidak merasakan kita memperhatikan mereka.
3.  I wonder what is my next thought, would be?  Ini sebuah ajaran yang cukup handal dari Mathew Della Porta Ph.D, dimana ketika mental kita bertumpuk berbagai pikiran yang bertubi-tubi datang seakan kita tidak bisa berkonsentrasi yang dia ajarkan adalah katakan pada diri sendiri "Pikiran apakah yang akan kau pikirkan berikutnya" atau bahasa gaulnya "Pikiran loe mau mikir apa habis ini?" begitu kita meluncurkan pertanyaaan ini pikiran menjadi demam panggung dan terjadi ruang dimana tidak ada pikiran berikutnya muncul, karena kita sudah memperhatikan pikiran kita.  Boleh anda coba dan anda akan suprise hasilnya anda memiliki gap kesunyian tadi dan bisa anda gunakan untuk memasukkan pikiran yang anda inginkan yaitu untuk berada di waktu sekarang dan dengan anak buah anda.
4. No judgement, dengarkan keseluruhan pembicaraan dari anak buah kita, tanpa memotong pembicaraan anak buah kita membuat dia lose track apa yang ingin dikatakan dan bisa melenceng dari tujuan ia datang kepada kita. Kosongkan pikiran dari sepertinya dia ingin ini, dia ingin itu dll... hanya mendengarkan biarkan semua informasi masuk dulu sebelum disaring.

So be mindful dan rasakan menjadi pemimpin yang selalu bisa diingat oleh anak-anak buah kita,  bahkan ketika kita sudah tidak disitu lagi.

Monday, August 19, 2013

Waiting

Dalam kehidupan kita pasti ada saatnya kita menunggu, baik menunggu di dalam kemacetan, menunggu boarding atau menunggu teman/client bertemu meeting.  Ada juga saat-saat penantian seperti menunggu penerimaan sekolah/universitas, penantian mendapat pekerjaan, mendapat tender.   Apakah yang kita lakukan selama penantian?

Tips produktifitas tentunya selalu menyiapkan sesuatu yang bisa dikerjakan baik itu buku, smartphone dengan pdf atau powerpoint yang bisa dipelajari, audio tape di mobil sambil menunggu kemacetan belajar sesuatu.  Tetapi apakah ini cukup?

Bagaimana dengan tips emotionally?
Apakah menanti dengan mengisi dengan sesuatu selain bengong sudah cukup?  Atau ada yang lebih penting
dari itu?  Seperti layaknya seorang petani yang menanti saatnya panen dia tentunya tidak akan menunggu dengan uring-uringan (galau kalau bahasa sekarang) sambil bertanya-tanya apakah panenku akan berhasil atau tidak ya?   Seorang petani tidak berpikir mengenai gagal panen yang dia lakukan adalah sibuk menyirami, menjaga bibit tidak dimakan burung, memberikan pestisida yang cukup dan selanjutnya melepaskan sense of control kepada alam.  Sambil menanti tentunya para petani mencari pembeli dan disela-sela waktu menghibur diri dengan membuat kerajinan.

Apakah pada saat kita menanti kita memiliki
1.  Harapan bahwa panenan kita akan selalu berhasil (terlepas hasilnya nanti), selama kita berusaha sebaik mungkin. Memiliki kepercayaan "Segala sesuatu yang dipegang kita akan berbuah"
2.  Pasrah (Kepercayaan Penuh) apakah kita melepaskan kendali atas segalanya dan konsentrasi terhadap apa yang kita bisa kendalikan?  Apakah kita cukup bijaksana untuk membedakan apa yang kita bisa kendalikan dan yang tidak? "Saya tidak bisa menghentikan hujan tetapi saya bisa membawa payung".
3.  Ketenangan, apakah kita bagaikan air yang tenang tidak mengkhawatirkan dari mana ia datang maupun pergi.  Tidak tertambat pada masa lalu dan tidak terpaku kekhawatiran masa depan.  Menjalankan hidup dan menikmati hari-hari penantian sebagai bagian dari hidup. "Merasakan Sekarang"
4.  Compassionate, apakah pada saat kita menanti kita membantu sesama kita, baik dalam material dalam moril, apakah kita memberikan ruang untuk saudara dan teman kita untuk mengekspresikan perasaan mereka?  Apakah kita membuat diri kita menjadi orang yang diingat, dan orang akan berkata "iya dia telah membantu saya di saat susah, dia membuat saya menjadi saya yang sekarang".


God, grant me the serenity to accept the things I cannot change,
The courage to change the things I can,
And wisdom to know the difference.



Monday, August 12, 2013

Inspiring Leadership Through Emotional Intelligence

Just accomplished a distance learning in coursera.org on Inspiring Leadership Through Emotional Intelligence.  A very good subject anyone who's in management position should take this course.

Thank you so much to Prof Richard E. Boyatzis, Case Western University and Coursera who provide this course for free.

Go and join other interesting the class here https://www.coursera.org/


Thank You and Prove Myself Wrong

Ketika kita mulai melangkah dan melakukan sesuatu yang baru.  Secara alami pikiran dan tubuh akan memberikan signal ada sesuatu yang baru apakah anda berani melangkah?  Sebagai seorang yang expert nakut-nakutin diri sendiri untuk survive di kehidupan ini, saya mulai berpikir apakah ini merupakan hal yang benar dengan menakut-nakuti diri selama ini? What did I miss in life doing that?  What should or should not happen?  Ya tentunya berpikir seperti ini terlalu lama akan membuat diri semakin tidak bermanfaat.  Lalu apa dong solusinya?

Beberapa hari yang lalu saya harus pergi ke sebuah tempat yang saya tidak tahu menahu dimana letaknya dari pagi hari saya sudah uring-uringan mikir nanti kalau macet gimana ya? Kalau salah jalan baliknya lewat mana ya?  Tanya orangkah?  Terus gimana bisa liat peta sambil jalan di tempat yang baru?  Bahkan sampe kepikir kalau nanti aku mengganggu lalu lintas nggak ya karena bingung sendiri?

Lalu saya mulai berpikir apa yang harus saya lakukan?  Jika orang lain yang menakut-nakuti saya seperti ini saya akan bilang "Thank you, I will prove you wrong!" tentunya di dalam hati saya ketika bicara tersebut. Maklum darah panas tidak suka ditantang heheheh... terus kalau ditakut-takuti diri sendiri kenapa tidak menggunakan metode yang sama? Hmm.... saya mulai berpikir okay apa yang harus saya lakukan to say "Thank you, I will prove myself wrong!"  Mulailah aku ngobrol-ngobrol dan mencari GPS yang okay untuk smartphone ku dan ternyata saya mendapatkan GPS yang powerful banget sambil iklan dikit disini boleh deh aplikasinya Waze namanya sumpeh keren banget ini GPS.  Menjawab banyak dari kekhawatiranku yang tadinya mesti tanya orang, takut nyasar, kalau macet bagaimana karena semuanya tercakup disitu sehingga saya bisa mengestimasi kapan saya harus jalan.

Ketika akhirnya saya pergi, saya estimasi saya membutuhkan waktu  2 jam + nyasar saya buffer 1 jam, saya hanya menempuh waktu 1 jam sampai di tempat baru tanpa ada masalah.
Dan saya tertawa dan bilang pada diri sendiri. "Thank you , I prove myself wrong".

Apakah anda juga mengalami hal yang sama memikirkan seribu satu hal yang terjadi ketika dijalankan tidak sesulit apa yang dipikirkan?  So thank yourself and prove yourself wrong next time.

Thursday, August 1, 2013

Be Kind to Yourself

Beberapa hari yang lalu ketika saya membuat materi training sempat suara pikiran saya mengatakan "Sudahlah ngapain kamu ngerjain materi itu. Santai-santai sajalah."  Seperti biasa jika hal ini terjadi saya akan mulai memikirkan hal yang buruk jika materi ini tidak selesai. Saya menggunakan Fear agar pikiran saya dan tubuh saya mau bekerja. Saya membayangkan jika tidak tepat pada deadline maka peserta akan kecewa.  Tetapi hari itu badan sepertinya sudah angkat tangan untuk ditakut-takuti melulu sebagai motivasi.  Saya membayangkan anak yg sering dipukul pada akhirnya sudah kebal dan yang ada hanya menimbulkan kebencian.

Lalu saya bertanya pada diri saya apakah tidak ada cara lain? Sempat saya masuk ke dalam bagian menilai diri sendiri dan mulai menghakimi identitas saya, "Ah kamu memang pemalas!" Karena frustrasi badan dan pikiran tidak mau diajak kerjasama untuk membuat materi. Bahkan mulai menyalahkan ini itu habis ndak ada ini ndak ada itu...  Mulai saya kembali mengingatkan diri "Hang on ini sama sekali tidak bermanfaat what can I do better?"

Teringatlah saya akan hormon dopamine yang merupakan hormon booster untuk memotivasi diri dalam bertindak. Dopamine adalah hormon yg membuat kita feel good. When you feel good you can think good hence you can act good.

Tapi darimanakah saya mendapatkan dopamine? Selama ini saya selalu menggunakan hormon norepinephrine dimana aku nakut-nakutin diri sendiri selain lama-kelamaan badanpun berontak saya sadar hal seperti ini tidak bisa berlangsung lama dan kesehatan bisa terganggu.

Okay kembali lagi ke dopamine so how can i get it?  Yang paling mudah adalah buat sesuatu yang menarik something interesting.  Interest muncul ketika kita melakukan sesuatu yg novel atau baru.  Maka saya geser meja kerjaku saya turunkan kursiku sedikit lebih rendah dari biasanya hmmm feels a bit different yang memaksa aku harus mengadjust duduk lagi dan pandangan menjadi berbeda.  Ketika sesuatu menjadi baru otak pun menjadi lebih fresh. Terus saya pikirkan apa lagi to make me feel good and safe?  Hmmmm buat AC lebih dingin biar nyaman hmmm apa lagi? Ah aku nyalakan bunyi air dari pajangan fengshui ku. Hmmm apalagi uh oh aku suka lagu jepang kuputarlah CD lagu2 jepang.  Setelah I'm kind to myself dan membuang jauh-jauh pikiran tidak mau buat materi bukan berarti pemalas tetapi ada sesuatu yang kurang badan dan pikiran mulai kembali bekerja sama.

Walhasil presentasi dan workbook pun sudah jadi.
Oh ya aku pun memberikan reward kepada diriku sendiri untuk job well done.  It doesn't have to be fancy a magnum ice cream would be okay, too.

Be kind to yourself and your body will be kind to you.

Oh ya just in case ada yang bertanya gambar apa yang saya post, itu adalah gambar struktur organik dopamine