Salah satu temanku kembali menjadi DuRen (duda keren) selama setahun setelah itu lebih banyak menjadi DuRi (duda sendiri) selama 5 tahun lebih. Cukup sulit untuk dirinya menerima ketika dia meninggalkan istrinya untuk bekerja di lain negara sang istri akhirnya pindah ke lain hati dan sekarang dia hidup sendiri dan masih memikirkan "What if?". Saya teringat waktu masa mereka masih bersama Sang suami sering marah-marah dan jarang menunjukkan sayang kepada Sang Istri. Sering terjadi percekcokan untuk hal-hal yang tidak penting di jangka panjang seperti makan siang , cat tembok dan sebagainya. Sering pulang malam karena pekerjaan kantor.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Apakah ketika kita sudah menikah kita berhenti untuk berjuang lagi untuk mendapatkan hati pasangan kita? Apakah kita merasa istri sudah diberikan tidak perlu diperjuangkan lagi. Apakah karena tidak ada kompetisi kita menjadi kurang sigap?
Ketika aku bertanya pada Si Duri, apakah anda menyesal? Dia menjawab, "Iya". Mengapa dia begitu memprioritaskan karir dan melupakan sang istri, padahal karir yang dibina sebetulnya untuk kebahagiaan sang istri juga. Dia belajar banyak dari kejadian tersebut dia belajar bahwa banyak hal yang penting pada saat muda mungkin tidaklah penting lagi ketika dia sudah tua.
Terkadang manusia tidak pernah berterimakasih terhadap udara yang telah diberikan. Hanya ketika udara tersebut diambil atau dalam keadaan sesak nafas barulah manusia mulai mengapresiasi indahnya bernapas dan menghirup udara.
Apakah kita pernah bertanya pada diri sendiri bahwa pasangan kita memerlukan apresiasi dari kita. Apakah kita pernah berpikir untuk selalu berjuang memenangkan hati pasangan kita dan meyakinkan tidak ada lubang di hatinya untuk berpindah.
Apakah kita sudah mengerjakan pekerjaan rumah kita sebagai pasangan?
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Apakah ketika kita sudah menikah kita berhenti untuk berjuang lagi untuk mendapatkan hati pasangan kita? Apakah kita merasa istri sudah diberikan tidak perlu diperjuangkan lagi. Apakah karena tidak ada kompetisi kita menjadi kurang sigap?
Ketika aku bertanya pada Si Duri, apakah anda menyesal? Dia menjawab, "Iya". Mengapa dia begitu memprioritaskan karir dan melupakan sang istri, padahal karir yang dibina sebetulnya untuk kebahagiaan sang istri juga. Dia belajar banyak dari kejadian tersebut dia belajar bahwa banyak hal yang penting pada saat muda mungkin tidaklah penting lagi ketika dia sudah tua.
Terkadang manusia tidak pernah berterimakasih terhadap udara yang telah diberikan. Hanya ketika udara tersebut diambil atau dalam keadaan sesak nafas barulah manusia mulai mengapresiasi indahnya bernapas dan menghirup udara.
Apakah kita pernah bertanya pada diri sendiri bahwa pasangan kita memerlukan apresiasi dari kita. Apakah kita pernah berpikir untuk selalu berjuang memenangkan hati pasangan kita dan meyakinkan tidak ada lubang di hatinya untuk berpindah.
Apakah kita sudah mengerjakan pekerjaan rumah kita sebagai pasangan?